Pengolahan Limbah Gula sebagai Pupuk Organik
Kebetulan lokasi kami berdekatan dengan pabrik gula dari bahan tebu yang mempunyai limbah organik berupa blotong (filter cake), dan abu boiler di Desa Kebon Agung Pakis Aji, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Blotong (filter cake)
merupakan limbah padat hasil dari proses produksi pembuatan gula,
dimana dalam suatu proses produksi gula akan dihasilkan blotong dalam
jumlah yang sangat besar. Sebagai contoh, pada tahun 2003 dalam satu
proses produksi gula di P.G. Kebon Agung mampu menghasilkan limbah
blotong sebanyak 21.000 ton sedang di P.G PTPN X mampu menghasilkan limbah blotong sebanyak 110.000 ton.
Sementara ini pemanfatan blotong,
sebagai pupuk organik masih belum maksimal dan penggunanya pun
terbatas. Hal ini disebabkan karena :
- Pengolahan limbah blotong menjadi pupuk organik masih bisa dikatakan hanya asal-asalan, masih belum ditangani dengan menggunakan satu proses yang baik dan benar sehingga pupuk organik yang dihasilkan, masih belum sempurna.
- Minimnya pengetahuan petani akan manfaat penggunaan pupuk organik dari bahan blotong.
Vinasse merupakan limbah cair
yang dihasilkan dari proses pembuatan Ethanol. Dalam proses pembuatan 1
liter Ethanol akan dihasilkan limbah ( vinasse ) sebanyak 13
liter (1 : 13). Dari angka perbandingan di atas maka semakin banyak
Ethanol yang diproduksi akan semakin banyak pula limbah yang
dihasilkannya. Jika limbah ini tidak tertangani dengan baik maka di
kemudian hari, limbah ini akan menjadi masalah yang berdampak tidak
baik bagi lingkungan.
Salah satu cara pemanfaatan limbah ini yaitu dengan merubah vinasse menjadi pupuk organik cair dengan menggunakan metode tertentu. Hal ini mungkin dilakukan karena kandungan unsur kimia dalam vinasse sebagian besar merupakan unsur organik yang berguna dan dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
Di Indonesia penggunaan pupuk organik
sangat minim dilakukan oleh petani. Hal ini dikarenakan sedikitnya
produsen pupuk organik, dan minimnya pengetahuan petani tentang manfaat
pengguanan pupuk organik.
Dengan adanya hal tersebut di atas maka akan tepat jika limbah yang sedemikian besar tadi dimanfaatkan menjadi pupuk organik.
Limbah filter cake, abu boiler, dan vinasse
merupakan bahan organik. Untuk bisa menjadi pupuk organik yang siap
diaplikasikan maka diperlukan suatu proses dekomposisi bahan oleh
bantuan mikoorganisme. Proses daur ulang limbah menjadi pupuk dapat
dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme secara manual. Sekitar 20-23
hari, proses thermopolik bisa tercapai, maka jadilah humus yang
kandungan unsurnya cukup bagus dan berguna untuk memperbaiki struktur
tanah.
Peluang Pasar
Seiring dengan kebijakan pemerintah
tentang pertanian organik dan gerakan moral yang menyerukan kembalinya
pemakaian bahan-bahan organik seperti untuk pupuk, pestisida dan
lain-lain. Sebagai bahan dasar dalam usaha pertanian, maka kebutuhan
bahan organik terutama pupuk organik menjadi semakin besar. Hal ini
sangatlah beralasan karena pemakaian bahan organik pada usaha pertanian
lebih menguntungkan bila ditinjau dari nilai ekonomis, keamanan,
lingkungan dan kesehatan.
Akan tetapi kebutuhan pupuk organik
yang terus meningkat dari tahun ke tahun tersebut tidak diimbangi
dengan suplay pupuk organik yang mencukupi. Hal ini dikarenakan
sedikitnya produsen atau pengolah pupuk organik yang ada di tanah air.
Disamping itu bisnis pupuk organik ini dinilai kurang menguntungkan
oleh produsen pupuk jika dibanding dengan pupuk kimia.
Hal tersebut sebenarnya bukan
dikarenakan tidak adanya kebutuhan pupuk organik di tingkat konsumen
(petani) tetapi lebih mengacu kepada ketidak-tahuan petani akan manfaat
dari penggunaan pupuk organik tersebut dan keengganan pihak yang
terkait untuk memberikan penyuluhan tentang hal tersebut.
Pupuk organik akan menjadi suatu bisnis
yang sangat menguntungkan apabila kesadaran petani akan manfaat
penggunaan pupuk organik baik jangka pendek maupun jangka panjang
semakin meningkat. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk
Indonesia pada umumnya bermata pencaharian di sektor pertanian.
Kita bisa mengetahui besarnya potensi
pasar pupuk organik ini yaitu dengan mengasumsikan kebutuhan pupuk
organik per ha x luas areal x musim tanam setiap tahunnya. Untuk lebih
jelasnya, kita ambil contoh kebutuhan pupuk organik di Kabupaten
Malang, yaitu sawah 819.044,20 ton/th, tegal 901.912 ton/th, perkebunan
305.640 ton/th. Maka jumlah kebutuhan pupuk organik di Kabupaten
Malang keseluruhan 2.020.596 ton/th.
Dari uraian table diatas dapat diketahui
besarnya potensi pasar pupuk organik di kabupaten Malang dan apabila
pasar ini dapat dikelola dengan suatu sistem yang baik, maka peluang
bisnis pupuk organik ini masih terbuka sangat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar